Tips dan 12 Fakta Menarik tentang Masuk UGM Tanpa Tes

toga

Most likely, sebagian dari anda semua sudah tahu bahwa masuk UGM (S1, D3, D4) bisa melalui Jalur Undangan Tanpa Ujian Tulis. Dan begitu pula di perguruan tinggi lainnya.

Jalur SNMPTN untuk prodi S-1 (termasuk Perguruan Tinggi Negeri se-Indonesia)

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) merupakan pola seleksi nasional berdasarkan penjaringan prestasi akademik dengan menggunakan nilai rapor dan prestasi-prestasi lainnya selama di SMA/SMK/MA/MAK yang relevan dengan program studi yang dipilih.

Jalur PBU untuk prodi S-1

Selain SNMPTN masih ada beberapa jalur lain, yang juga sama-sama tanpa ujian tulis. Misalnya di UGM ada lagi empat program Penelusuran Bibit Unggul (PBU) lainnya yaitu:

  1. PBU Tidak Mampu (PBUTM)
  2. PBU Kemitraan (PBUK)
  3. PBU Berprestasi (PBUB)
  4. PBU Olahraga & Seni (PBUOS)

Jalur PBU untuk D3 dan D4

Sedangkan untuk program Diploma (D3 dan D4 atau S1 Terapan) di Sekolah Vokasi UGM: ada empat PBU yaitu:

  1. PBU Tidak Mampu (PBUTM)
  2. PBU Kemitraan (PBUK)
  3. PBU Berprestasi (PBUB)
  4. PBU SMA/SMK/MA (PBUSMAK)

Meski sosialisasi dan informasi mengenai PBU jalur undangan sudah semakin gencar disajikan kepada masyarakat luas melalui berbagai media, ternyata masih ada saja kejadian atau fakta-fakta yang menarik dan bisa dijadikan tips bagi anda mau mencobanya. Berikut ini beberapa fakta yang terungkap dari pertanyaan-pertanyaan yang diterima dari calon pendaftar Sekolah Vokasi UGM, serta keputusan-keputusan mereka selanjutnya. Pertanyaan mereka tidak hanya seputar prodi diploma tapi juga sering menanyakan prodi S1 juga.

Sebagian dari fakta-fakta ini mungkin bisa bermanfaat pula untuk strategi dan perjuangan anda di SNMPTN serta PMB di perguruan tinggi lain di seluruh Indonesia.

  1.  Belum tahu daya tampung masing-masing jalur.

SNMPTN (prodi S1) dan PBUSMAK (prodi Diploma) biasanya memiliki porsi daya tampung yang paling tinggi dibanding PBU lainnya. Dari pengalaman selama ini, tidak banyak yang berasal dari PBUK dan PBUB. Serta, daya tampung PBUTM memang terbatas karena biaya kuliahnya digratiskan total.

 

  1. Belum memahami perbedaan D3 dengan D4,

serta perbedaan D4 dengan S1. Padahal prodi D4 itu setara dengan S1 pada KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia), yaitu level 6. Untuk prodi D4, atau sering disebut S1 Terapan, lulusannya bisa langsung melanjutkan ke program S2 Terapan, bahkan banyak program S2 di luar negeri yang mau menerima lulusan D4.

Banyak yang belum paham apa sesungguhnya perbedaan kurikulum di prodi diploma dengan S1.Misalnya D3 Teknik Mesin dan S1 Teknik Mesin. Atau kelak, D4 Teknik Mesin dengan S1 Teknik Mesin. Pembelajaran di S1 lebih menekankan porsi teori/analitis, sedangkan pembelajaran di program Diploma lebih menekankan porsi praktek dan psikomotorik. Semua memiliki keunggulan masing-masing, tergantung karakter siswa yang akan mendaftar.

 

  1. Belum tahu bahwa persyaratannya harus lulus SMA/SMK/MA pada tahun yang sama dengan tahun pelaksanaan PMB-PBU.

Misal, pada PMB-PBU tahun 2015 yang akan datang maka lulusan 2014, 2013, dan seterusnya tidak bisa mendaftarkan diri.

 

  1. Belum pede dengan modal dan potensi masing-masing.

Kalau diamati, nilai rata-rata siswa pendaftar sebenarnya cukup tinggi. Artinya persaingan memang memang relatif berat. Tapi bukan berarti jadi berubah pikiran atau batal mendaftarkan diri.

 

  1. Belum tahu bahwa tidak semua nilai mata pelajaran memiliki bobot yang sama.

Untuk masing-masing prodi, nilai mata pelajaran tertentu menjadi pertimbangan penting. Tentunya mata pelajaran yang ada hubungannya dengan bidang ilmu prodi tersebut.

 

  1. Ramai-ramai melampirkan sertifikat dan piagam.

Fakta yang satu ini cukup menarik. Pendaftar melampirkan berbagai sertifikat dan piagam. Ada yang tebal sekali lampirannya. Namun jarang yang levelnya memenangkan suatu kompetisi atau kejuaraan. Banyak hanya bersifat keikutsertaan atau berpartisipasi.

Kegiatan yang dinamakan Olimpiade (Matematika, Fisika, Biologi, dsb) ternyata sudah banyak diadakan di Indonesia. Meski pesertanya belum tentu ada yang dari luar negeri.

Ada suatu sekolah di luar Jawa, hampir semua siswanya yang mendaftar melampirkan sertifikat keikutsertaan di sebuah olimpiade yang diselenggarakan di kota di pulau Jawa. Namun, tidak salah kalau melampirkan sertifikat dan piagam sebanyak-banyaknya. Apalagi sertifikat kompetensi keahlian profesional, misalnya keahlian pengelasan logam. Atau Juara Lomba Ketrampilan Siswa Nasional di bidang Pneumatik, CNC atau otomotif.

 

  1. Belum paham apa bedanya Surat Rekomendasi dan Surat Keterangan.

Banyak sekolah yang tidak menerapkan Ranking di kelas. Maka dibutuhkan Surat Rekomendasi dari Kepala Sekolah yang menyatakan prestasi siswa yang diusulkan.

Masih banyak ditemukan kesalahan berikut ini: Yang dibutuhkan adalah Surat Rekomendasi dari KepSek, tapi yang dilampirkan hanya Surat Keterangan bahwa siswa yang bersangkutan adalah benar siswa sekolah tersebut. Surat Rekomendasi dibutuhkan untuk memberi jaminan atau menyatakan prestasi siswa yang bersangkutan. Bukan sekedar menerangkan bahwa yang bersangkutan adalah siswa di sekolah tersebut.

Jadi, tanpa rekomendasi dari Kepala Sekolah, seorang siswa tidak bisa mendaftarkan diri.

 

  1. Belum paham PBUB.

Untuk PBU Jalur Undangan Berprestasi, prestasi yang diakui adalah prestasi minimal di tingkat propinsi. Prestasi yang sangat diharapkan adalah prestasi di bidang yang berhubungan dengan bidang studi prodi yang didaftar. Bagi anda dengan prestasi olahraga atau seni, yang menurut anda istimewa, saya sarankan jangan ragu mencoba PBUB ini. Misalnya bagi mereka para peraih medali di PON atau Sea Games. Persaingan di PBUK tidak seketat di PBUTM, namun tidak mudah pula meyakinkan komite seleksi dengan prestasi tersebut.

 

  1. Belum paham tentang UKT (Uang Kuliah Tunggal).

Informasi tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT), SPP, BOP, Uang Gedung masih belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Meski sudah dilakukan penjelasan melalui berbagai media. Jadi, dengan UKT, HAMPIR SEPENUHNYA biaya SPP, BOP, dan uang gedung termasuk dalam UKT. all inclusive.

Sehingga dengan membayar UKT per bulan, tidak perlu membayar uang gedung, biaya praktek/praktikum, biaya per SKS, jas almamater, biaya KKN, biaya wisuda, dan sebagainya. Bahkan ada pula beberapa prodi yang membebaskan biaya uji kompetensi sertifikasi professional menjelang kelulusan.

10.  Gara-gara gratis, PBUTM jadi sangat banyak peminatnya, persaingan menjadi makin sengit.

Kalau ada yang gratis, kenapa cari yang harus bayar. Hal ini jangan dianggap sepenuhnya benar.

Khusus untuk jalur PBU Tidak Mampu (yang memungkinkan UKT Rp.0,- sampai dengan kelak lulus diwisuda), jumlah pendaftarnya sangat banyak. Namun tantangannya, daya tampungnya terbatas, akibatnya persaingan jadi makin sengit. Hati-hati dan harap diperhatikan, PBUTM bukan satu-satunya bagi yang kurang mampu secara ekonomi.

Untuk menghindari persaingan yang sangat sengit tersebut sebenarnya bisa mendaftar tidak harus di Jalur PBU Tidak Mampu. Karena yang diterima di jalur PBUTM adalah yang betul-betul tidak mampu dibanding para pendaftar yang ada (dengan mempertimbangkan pula prestasi akademik).

Tips:

Why not  PBUSMAK? Cobalah mendaftar pada jalur PBUSMAK, yang daya tampungnya paling besar. Sekali lagi, cobalah PBUSMAK karena daya tampungnya paling besar.

Bagi yang kurang mampu secara ekonomi, UKT tidak harus Rp.0,-. Sebagai contoh di UGM, tahun lalu UKT terdiri dari 5-6 tingkat. Mahasiswa yang diterima PBUSMAK akan berada di UKT 1,2,3,4,5 atau 6.

Tahukah anda besaran UKT 1 : Rp.500 ribu per semester dan UKT 2: Rp. 1 Juta per semester? Masih sangat logis kan bagi yang kurang mampu? Tidak harus PBUTM, cobalah PBUSMAK.

Lalu, dari pengalaman selama ini, mahasiswa UKT 1 dan UKT 2 biasanya di semester 1 akan diusulkan untuk mendapatkan beasiswa Bidik Misi, yang akan membebaskan dari beban UKT serta ditambah uang saku bulanan yaitu sekitar Rp. 600 ribu. Tidak dijamin pasti dapat beasiswa Bidik Misi, namun peluangnya lumayan besar. Jadi ujung-ujungnya, UKT 1 dan 2 bila mendapatkan Bidik Misi, biaya kuliahnya Rp.0,- sama dengan PBUTM, dan juga dapat uang saku bulanan. Silakan dicoba strategi ini.

 11. Masih ada yang coba-coba tidak jujur dengan data yang diisikan.

Kejujuran adalah Nomor 1. Masih ada beberapa calon mahasiswa baru yang tidak jujur memasukkan data tentang penghasilan orang tua. Yang dibutuhkan adalah informasi penghasilan total kedua orang tua, namun yang diisikan ke database hanya gaji pokok ayah. Padahal ayahnya seorang guru, pendapatan dari sertifikasi guru (biasanya sebesar satu kali gaji pokok) justru tidak dimasukan.

Masih kejujuran adalah Nomor 1. Setelah dicek langsung rumahnya, ternyata mobilnya lebih dari satu. Ternyata ibunya adalah pengusaha dengan penghasilan cukup mapan, tidak diisikan ke database.

Bahkan ada yang foto rumah (yang di-upload di database) tidak sesuai dengan kenyataan. Apakah yang diupload adalah rumah tetangganya?

 12. Masih ada yang belum paham tuntas mengenai persyaratan kondisi kesehatan untuk beberapa prodi tertentu.

Meski ada beberapa prodi yang mempersyaratkan kondisi kesehatan fisik minimal, masih ada yang nekat mendaftar meski kondisinya tidak sesuai dengan persyaratan. Misalnya penderita buta warna tidak bisa mendaftar prodi Teknik Elektro, karena kalau sampai salah melihat warna dalam penyambungan kabel akan berakibat fatal setelah kabel dialiri listrik.

 

Oke, silakan dicermati satu persatu dan semoga makin bersemangat mengejar kesuksesan.

[Wikan Sakarinto]

Leave a comment